Razanews, Jakarta,- Di sebuah lembah sunyi di dekat Clifton, Arizona, lahirlah seorang anak yang kelak dikenang sebagai Geronimo.
Namun, nama aslinya adalah Goyathlay, yang berarti "Yang Menguap" — nama yang sederhana, tetapi membawa kedamaian dan kehangatan khas suku Bedonkohe Apache.
Goyathlay adalah anak keempat dari delapan bersaudara, tumbuh di tengah keluarga yang hangat, di mana ia belajar tentang kehormatan, keberanian, dan kesetiaan.
Di usia 17 tahun, Goyathlay menjalani upacara sakral untuk menjadi anggota Dewan Pejuang, sebuah tanda bahwa ia telah menjadi pria dewasa dan layak berkeluarga.
Dengan hati penuh cinta, ia menikahi Alope, seorang wanita lembut yang kemudian memberinya tiga buah hati yang ceria. Mereka hidup dalam damai, dan Goyathlay bertekad menjaga keluarga kecilnya dengan segala kekuatannya.
Namun, takdir berkata lain. Pada suatu hari yang kelabu di pertengahan tahun 1850-an, suku Bedonkohe bermukim sementara di dekat kota Kas-ki-yeh, Meksiko, demi mencari peluang berdagang dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar.
Saat sebagian besar pria pergi berdagang, hanya beberapa pejuang yang tinggal untuk menjaga perkemahan. Tapi, ketika mereka kembali, keheningan yang menakutkan menyelimuti kamp. Jeritan para wanita dan anak-anak menyambut mereka dengan kabar buruk.
Pasukan tentara Meksiko telah menyerang kamp mereka, membunuh tanpa ampun, merampas kuda, senjata, dan bekal mereka.
Goyathlay berlari dengan hati yang hancur. Dan di sanalah ia menemukan pemandangan yang mengubah hidupnya selamanya — tubuh ibunya, istrinya Alope, dan ketiga anaknya, tergeletak tak bernyawa di tanah.
Kengerian itu mengoyak hatinya, memupuskan kedamaian dalam dirinya dan mengubahnya menjadi seorang yang tak lagi mengenal takut.
Sejak saat itu, Goyathlay bukan lagi pria yang tenang dan penyayang. Ia adalah Geronimo, prajurit dengan tekad baja dan keberanian yang menakutkan.
Bersama suku Apache Chiricahua, ia melancarkan serangan demi serangan, menyerang pasukan Meksiko dan Amerika Serikat di wilayah Arizona dan New Mexico.
Setiap pertempuran yang ia pimpin, setiap jejak langkahnya, adalah pelampiasan dendam untuk keluarga yang dirampas darinya.
Bagi Geronimo, perjuangannya adalah suara kemarahan, doa kesetiaan, dan cinta abadi untuk orang-orang yang pernah ia kasihi.
Begitulah Geronimo hidup — dengan keberanian, kesedihan, dan tekad yang tak tergoyahkan.
Namanya menjadi legenda, dikenang sebagai prajurit tangguh yang menantang segala rintangan demi cinta dan kehormatan. (Rz.ajh)