Kesultanan Palembang Darusalam mulai berdiri sejak kedatangan Ariodamar putra Prabu Brawijaya V ke Palembang setelah hijrah dari Jawa. Di Palembang, ia mengetahui ternyata Palembang tidak tunduk kepada Majapahit, di Palembang kala itu terdapat 4 penguasa antara lain Sultan Mughni. Ario Damar kemudian masuk Islam dan mengawini anak Sultan Mughni. Ariodamar berganti nama menjadi Ariodillah atau Ario Abdillah, dan kemudian menjadi penguasa Palembang. Ariodillah memerintah dari tahun1455-1486. Kala itu perdagangan Palembang dengan negeri-negeri lain telah terjalin, antara lain dengan kesultanan Malaka, hal ini dibuktikan dengan ditemukan di Palembang uang koin dari Malaka yang tertulis ”Muzaffar Shah Al Sultan” , sedangkan sisi sebaliknya tertulis ”Nasir al Dunia Wa'l Din” yang berarti ’Sukses dunia dan agama’. Sultan Muzaffar Shah memerintah Malaka dari tahun 1446 sampai 1456. Sultan Muzaffar Shah adalah sultan ketiga Malaka, beliau adalah generasi ketiga dari Parameswara / Iskandar Shah, Sultan pertama Malaka, yang berasal dari Palembang.
Menurut Kenny Ong, pemerhati koin nusantara yang tinggal di Malaka, koin Kesultanan Palembang ditemukan juga di Malaka. Hal ini menunjukkan bahwa pada zaman Kesultanan Palembang telah terdapat hubungan dagang antara Malaka dan Palembang.
Hubungan dagang dengan Banten juga telah berjalan pada abad ke-16, hal ini dibuktikan dengan ditemukan di Palembang, uang koin dari kesultanan Banten. Koin yang terbuat dari perunggu memakai huruf Jawa itu tertulis ”Pangeran Ratou”. Koin ini dibuat pada zaman Sultan Maulana Muhammad. Sultan Banten ini meninggal di Palembang, dalam penyerbuan Banten terhadap Palembang tahun 1590.
Dalam transaksi perdagangan kesultanan Palembang telah memakai uang sendiri, tidak diketahui secara pasti kapan mulai dibuat uang kesultanan Palembang. Dari uang koin kesultanan Palembang yang tertua ditemukan tertulis tahun 913 H atau 1506 masehi. Dimana tertulis” Sultan fi Balad Palembang 913” yang berarti Sultan Negeri Palembang tahun 913 hijriah. Sedangkan koin tertua berikutnya adalah koin yang bertulis ” Sultan Fi Balad Palembang 1023 ” yang berarti Sultan Negeri Palembang 1023 hijriah / 1613 masehi. Pada tahun 1613 masehi tersebut yang memerintah Palembang adalah Pangeran Madi Angsoko.
Adanya koin yang bertulis” Sultan Fi balad Palembang 913 ” dan koin yang bertulis ” Sultan Fi balad Palembang 1023 ” ini menyatakan bahwa pada tahun 913 H/ 1506 masehi dan tahun 1023 H/1613 masehi tersebut penguasa Palembang telah memakai gelar sultan. Keterangan kedua koin ini berbeda dengan pendapat beberapa ahli sejarah antara lain dari Badan Arkeologi Palembang dalam tulisannya yang berjudul Situs Bersejarah di Palembang dalam buku Jati Diri Yang Terlupakan” Naskah-Naskah Palembang” terbitan Yanassa 2004 dan juga menurut buku ” Sejarah Perjuangan Sultan Mahmud Badarudin II Pahlawan Kemerdekaan Nasional”, terbitan Pemerintah Daerah Tk I Sumatera Selatan tahun 1986, dan buku” Kronijk van Palembang ”yang menyatakan gelar sultan atau sultan pertama Palembang dipakai oleh Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Saidul Iman pada tahun 1662
Uang koin kesultanan Palembang berikutnya yang ditemukan adalah koin yang terbuat dari timah putih, tertulis Masruf fi balad Palembang 1091 dan koin Sultan Fi Balad Palembang 1113” koin ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Saidul Iman . Ada beberapa seri koin keluaran tahun ini, ada yang tertulis tahun 13, 113 dan 1113 dengan bentuk yang sama tapi beda cara penulisan tahun.
Sebagian besar uang koin kesultanan Palembang terbuat dari timah putih, hal ini karena bahan baku inilah yang banyak ditemukan di wilayah kesultanan Palembang, yaitu Bangka Belitung. Koin yang terbuat dari timah lebih cepat rusak, mudah haus dan patah. Ada satu koin yang dibuat pada tahun 1198 hijriah/1784 masehi yang terbuat dari tembaga dimana tertulis dalam huruf arab melayu ” Haza fulus Palembang 1198”.
Pengaruh budaya Arab dapat kita lihat pada uang koin kesultanan Palembang, semua koin Palembang menggunakan huruf Arab Melayu dan berbahasa Arab. Sayangnya tidak semua koin Palembang menggunakan penanggalan, hanya berisi tulisan yang berbunyi ” Alamat Sultan ”, Haza Fulus Palembang( Ini uang Palembang ), Sultan Fi Balad Palembang, masruf fi balad Palembang ”, dan lain-lain sehingga sulit dilacak kapan koin itu dibuat. Hampir semua koin Palembang hanya bertulis di satu sisi koin sedangkan sisi yang lain kosong. Penanggalan koin Palembang antara lain 913, 1023, 12, 13, 101, 113, 1113, 1091, 121, 123, 1123, 1125, 1162, 1163, 1183, 183, 1193, 193, 93, 1198, 1200, 1202, 1203, 203, 1211, , 1219, 19, 219, 1251, 252, 1253, 53.
Penggunaan nama Palembang Darussalam dapat kita lihat pada uang koin yang dibuat pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badarudin I Jayo Wikramo. Dari koin yang terbuat dari timah putih ini tertulis ” Khalifah Fi Balad Palembang Darussalam 1162 ”.
Uang koin termuda kesultanan Palembang adalah koin yang tertulis” Sultan Fi Balad Palembang 1253”, atau Sultan Negeri Palembang 1837 masehi, koin ini sedikit membingungkan karena koin ini dibuat setelah kesultanan Palembang secara resmi dihapus Belanda pada tanggal 17 Oktober 1825. Setelah Sultan Mahmud Badarudin II diasingkan, pejabat pribumi Palembang masih memakai gelar sultan tapi tak mempunyai kekuasaan sebagai sultan yang sesungguhnya, misalnya pada tahun 1840 Belanda mengangkat menantu Sultan Mahmud Badarudin II menjadi Regent Pangeran Perdana Menteri dengan gelar ”Pangeran Mangkunegara Cakrabuana Sultan Agung Alam Kabir Sri Maharaja Mutar Alam Senopati Martapura Ratu Mas Panembahan Raja Palembang” Dimana kedudukannya setingkat dibawah Residen Belanda.
Masih menjadi tanda tanya bagaimana cara penggunaan koin Palembang tersebut dalam perniagaan, karena tak ada satupun koin Palembang yang memuat nilai nominal. Mungkin untuk membedakan nilai tukar uang ada satu jenis koin yang memiliki tiga ukuran berbeda, seperti uang koin tahun 1219 H, yang berbunyi ’masruf fi balad Palembang 1219’. Uang koin nusantara yang ditemukan di Palembang antara lain koin kesultanan Malaka, Trengganu, Banten, Siak, Deli, Jambi dimana sebagian memuat nilai nominal dan yang lain tidak. Uang koin VOC juga tidak memuat nilai mata uang. Baru pada awal abad 19, setelah kekuasan VOC dihapus, keluar uang koin Nederland Indie yang memuat nilai mata uang.
Sedikitnya terdapat 50 macam jenis uang koin dari zaman Kesultanan Palembang, dengan berbagai macam ukuran dan bentuk. Bahkan terdapat koin tahun bertahun 1113 yang tertulis ”Sultan Fi Balad Palembang 1113” mempunyai hampir 20 corakan yang berbeda. Sayangnya, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dan Museum Negeri Sumatera Selatan, tidak mengkoleksi uang koin kesultanan Palembang.
(Repost.mutawalli)