Seorang perwira AD Jepang berpangkat Letnan Dua. Meski hanya seorang perwira menengah, Onoda menjadi legenda di Jepang setelah bertahan di hutan Filipina selama 29 tahun usai Perang Dunia II dan terus berperang. Onoda tidak mengetahui bahwa Perang Dunia II sudah selesai dan Jepang telah menyerah.
Onoda diberi tugas penting seperti menghancurkan landasan udara dan dermaga di pelabuhan pulau tersebut. Onoda juga diberi perintah tidak boleh menyerah dalam menjalankan misi tersebut.
Sayangnya, ada beberapa perwira berpangkat lebih tinggi sehingga dia tak bisa melakukan tugasnya. Akibatnya, pasukan AS dan Filipina dengan mudah mendarat di Pulau Lubang pada 28 Februari 1945.
Hampir seluruh tentara Jepang di Pulau Lubang tewas, kecuali Onoda dan tiga prajurit lainnya. Onoda bersama prajurit Yuichi Akatsu, Kopral Soichi Shimada, dan Prajurit Kinshici Kozuka, melanjutkan perlawanan terhadap sekutu.
Pada Oktober 1945, Onoda melihat selebaran yang berisi soal berakhirnya perang. Namun, Onoda tak mempercayainya, dia beranggapan itu hanyalah propaganda Sekutu. Pada akhir 1945, selebaran disebar dari udara. Lagi-lagi dia memutuskan bahwa isi selebaran itu hanya kabar bohong.
Pada September 1949, Prajurit Yuichi Akatsu menyerahkan diri kepada tentara Filipina. Pada 1954, Kopral Soichi Shimada tewas ditembak pasukan lokal yang dibentuk untuk mencari ketiga tentara Jepang tersebut. Dan pada 19 Oktober 1972, Prajurit Kinshici Kozukab tewas ditembak Polisi Filipina. Sehingga Onoda menjadi satu-satunya tentara Jepang yang tersisa.
Pada 1974, seorang pemuda bernama Nario Suzuki mengumumkan dia akan bertualang mencari Onoda. Akhirnya, Suzuku berhasil menemukan Onoda di hutan Pulau Lubang. Onoda bersikukuh tak dapat meninggalkan misinya hingga mendapat perintah resmi dari komandannya.
Suzuki kembali ke Jepang untuk menemui sang Komandan Mayor Tanaguchi. Beruntung, Suzuki bisa menemukannya. Kemudian, Suzuki dan Mayor Taniguchi pergi ke Lubang untuk meminta Onoda keluar dari persembunyiannya. Onoda baru yakin bahwa perintah menyerah itu resmi dan perang sudah berakhir.
Ferdinand Marcos, Presiden Filipina saat itu, mengagumi kesetiaan dan loyalitas Onoda, sehingga memberinya pengampunan. Setelah itu, Onoda mengenakan seragam militer yang disimpannya di hutan untuk bertemu Presiden Marcos dan memberikan pedangnya. Onoda kemudian diterbangkan pulang dengan pesawat pribadi dan disambut bak pahlawan.
#ensipedia #infoensipedia #sejarah #info #informasi