Saat Abrahah mengambil keputusan menyerang Makkah, dia tampil paling depan di atas seekor gajah besar. Suku-suku Quraisy, yang ketika itu secara de facto dipimpin oleh Abdul Muthalib, tidak melakukan perlawanan.
Mereka bukan lawan seimbang untuk bala tentara Abrahah. Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (2003) mencatat bahwa Abdul Muthalib bertemu dengan Abrahah di perkemahan sang penguasa Yaman. Namun, Abdul Muthalib justru hanya meminta 200 ekor untanya yang dirampas pasukan Abrahah dalam perjalanan ke Makkah.
Saat pasukan Abrahah yang dipimpin Aswad bin Maqfud sampai di Tihamah, mereka merampasi harta penduduk, termasuk 200 ekor unta milik Abdul Muthalib. Melihat perampasan itu beberapa pemuka Quraisy bertekad untuk berperang melawan tentara Abrahah. Tetapi mengetahui kekuatan tidak imbang, mereka mengurungkan niat untuk berperang.
Ketika bertemu Abrahah, Abdul Muthalib berkata, "Aku pemilik unta-unta itu, sementara Ka'bah ada pemiliknya sendiri yang akan melindunginya". Ini membuat Abrahah kecewa, karena ia menganggap pimpinan suku Quraisy tidak berniat melindungi Ka'bah. Abrahah juga akhirnya menilai bahwa Ka’bah tidak sepenting yang ia kira karena Abdul Muthalib sendiri lebih mementingkan unta-untanya. Namun, apa yang disampaikan Abdul Muthalib hanyalah sebagai pengecoh Abrahah dan pasukannya sehingga mereka mengurungkan niatnya untuk menghancurkan Ka’bah dan berperang melawan penduduk Makkah. Abrahah pun melalui utusannya menekankan bahwa dirinya tidak ingin berperang, hanya menghancurkan Ka'bah. Selama tidak ada bentrok, maka tidak akan ada pertumpahan darah.
Sementara itu, Abdul Muthalib tetap menasihati orang-orang Makkah untuk pergi ke lereng-lereng bukit, menghindari pasukan Abrahah, sembari mencari tempat untuk menyaksikan apa yang akan terjadi di kota esok hari. Lalu, di tengah Makkah yang sunyi, ketika penghancuran Ka'bah tampak akan berjalan begitu mudah, rencana Abrahah gagal total.
Abrahah dan tentaranya tidak pernah sampai ke Masjidil Haram, tidak dapat menghancurkan Ka’bah, justru mereka yang hancur dibinasakan oleh Allah SWT sebagaimana yang diceritakan dalam Al-Qur'an Surat al-Fil. Martin Lings dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik (2015) menyebutkan, gajah yang ada di barisan terdepan diarahkan pemandunya, Unays menuju Ka'bah. Namun ada Nufail, tawanan penunjuk jalan yang mempelajari aba-aba yang dipahami gajah itu.
Ketika Unays memberi komando agar sang gajah bangun, Nufail melakukan hal sebaliknya: memintanya duduk berlutut. Pasukan Abrahah melakukan segala cara agar gajah itu bangun, termasuk dengan memukul kepalanya dengan besi. Namun, sang gajah bergeming. Abrahah dan pasukannya tak mungkin bergerak lebih jauh lagi.
sumber: https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/ketika-abdul-muthalib-mengecoh-abrahah-ItAL0, (rz.ajh)