Razanews, Jakarta,- Di pesisir pantai utara Jawa, pada abad ke-7 Masehi, terdapat sebuah kerajaan Hindu yang besar dan makmur bernama Kalingga. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang ratu yang tegas dan adil.
Ratu Shima lahir pada tahun 611 M di Sumatera bagian selatan dan merupakan anak dari seorang pemuka agama Hindu-Syiwa. Setelah menikah dengan Pangeran Kartikeyasinga dari Kalingga, ia pindah ke Jepara, Jawa Tengah, tempat yang akan menjadi pusat kekuasaannya1.
Ketika suaminya, Raja Kartikeyasinga, meninggal pada tahun 674 M, Ratu Shima naik tahta dan memerintah Kerajaan Kalingga hingga tahun 695 M. Selama masa pemerintahannya, Ratu Shima dikenal karena ketegasannya yang luar biasa, namun juga karena kasih sayangnya kepada rakyat.
Salah satu legenda yang paling terkenal tentang Ratu Shima adalah ketika seorang raja dari Timur Tengah, Ta-Shih, datang untuk menguji keadilannya. Raja Ta-Shih meletakkan sekantung emas di persimpangan jalan dekat alun-alun kerajaan, ingin melihat apakah ada warga yang akan mengambilnya. Namun, setelah beberapa bulan, kantung emas itu tetap tidak tersentuh, menunjukkan tingkat kejujuran dan ketakutan akan hukum di Kalingga yang tinggi.
Namun, suatu hari, Pangeran Narayana, putra Ratu Shima, tanpa sengaja menyentuh kantung tersebut dengan kakinya. Meskipun sebagai ibu ia sangat menyayangi putranya, sebagai ratu, Ratu Shima tidak pandang bulu dalam memberikan hukuman. Ia menjatuhkan hukuman mati kepada Narayana. Setelah banyak permohonan dari pejabat dan keluarga istana, Ratu Shima mengubah hukumannya menjadi pemotongan kaki Narayana, sebagai pelajaran bahwa tidak ada yang di atas hukum, bahkan anggota keluarga kerajaan sekalipun.
Cerita ini menyebar luas dan membuat Ratu Shima dihormati sebagai pemimpin yang tegas dan adil, yang keadilannya tidak hanya terbatas pada kasus pencurian, tetapi juga dalam segala aspek pemerintahannya.
(rz.ajh)
