Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Intrik dan Dramasisasi Perang Bubat

Selasa, 02 April 2024 | April 02, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-04-03T03:21:31Z


Razanews, Jakarta,- Konon sang Mahapatih Gajah Mada akhirnya pulang
Ke Madakaripura menjauh dari hiruk pikuk kota metropolis Trowulan Wilatikta
Tanpa dendam , tanpa marah , tanpa cemburu
Ia lepas baju zirah, ia kenakan tubuhnya dengan kain putih
Ia lepas mahkota ke Mahapaihannya, ia kenakan Caping bamboo para Sudra
Ia lepas alas kaki dari kulit kerbau keperiyayianya , ia sentuh Bhumi pertiwi yang telah ia satukan
Ia lepas semua kemelekatan duniawi an betabur kefana’an
Telah ia rasakan ke_Sudraan, telah tergengam ke _Satriaan
Kini ia pulang dengan ke _Pinaditaan
Menyepi demi tercapai puncak Tantra : Moksa
Ia yang telah menyatukan Nuswantara yang duniawi
Ingin kembali besatu kepada Semestawi

Dan Pararathon abad ke 15 , Kidung Sunda, naskah Bali dan Carita Pahariyangan naskah Sunda terbit di abad ke-16.

(Konon ) Perang Bubat / Pasunda Bubat adalah pertempuran antara bala sentana Raja Sunda dan angkatan perang Majapahit yang berlangsung di alun-alun Bubat, kawasan utara Trowulan, ibu kota Majapahit, pada tahun 1279 Saka atau 1357 Masehi. (abad ke-14).

Pararaton, dari abad ke-15. Jati diri penulisnya tidak diketahui. Pararaton disusun dalam bentuk catatan peristiwa yang terjadi sekitar tahun 1474–1486, sementara bagian sastrawinya disusun sebagai uraian sejarah antara tahun 1500–1613. Naskah ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1896 oleh J.L.A. Brandes, seorang filolog Belanda, lengkap dengan terjemahan, keterangan, dan ulasan.

Beberapa ahli cukup ragu dengan beberapa teks tersebut termasuk Pararaton, sejarawan Aminuddin Kusdi menyebut bahwa Kidung Sunda merupakan sumber sekunder bahkan tersier. Beberapa fakta didalamnya tidak sesuai dengan sumber lain yang lebih kredibel seperti Prasasti. Dan periode abad ke-19 yang merupakan masa penulisan Kidung Sunda dikenal sebagai masa munculnya beberapa karya sastra kontroversial.

Dan menurut arkeolog Hassan Djafar, dari 30 Prasasasti Kerajaan Sunda dan 50 Prasasasti Kerajaan Majapahit tidak ada yang menyebutkan mengenai Perang Bubat, sumber hanya berasal dari naskah atau manuskrip

Dan Nagarakretagama yang dikarang Mpu Prapanca pada tahun 1365., tidak menyebutkan soal Perang Bubat. Dimana Nagarakertagama nyaris selalu berkesuaian dengan Prasasti prasasti Majapahit. Yang Tak satu pun menyebut soal Perang Bubat.

Prasasti Adan-Adan 1301 Bojonegoro ,Prasasti Balawi 1320 ,amongan ,Prasasti Biluluk 1366/1393/1395 ,amongan , Prasasti Canggu 1358 , Mojokerto ,Prasasti Condrogeni I 1454 Ponorogo , Prasasti Gosari 1376 Gresik Prasasti Jiyu 1486 Mojokerto, Prasasti Karang Bogem 1387 Gresik, Prasasti Katiden 1395 Malang ,Prasasti Kedengan Abad ke-14 Bojonegoro ,Prasasti Kudadu 1294 Mojokerto Prasasti Kusmala 1350 Kediri Prasasti Manjusri 1343 Malang Prasasti Pamintihan 1473 Bojonegoro , Prasasti Pamotoh/Ukir Negara 1382 Blitar , Prasasti Prapancasapura 1337 Surabaya , Prasasti Singasari/Gajah Mada 1351 Malang , Prasasti Sukamerta 1294 Mojokerto , Prasasti Walandit 1381/1405 Pasuruan , Prasasti Waringin Pitu 1477 Mojokerto

Apalagi yang pertama mempublikasikan Soal Perang Bubat adalah seorang Belanda.

Rasanya Tokoh sekaliber Mahapatih Gajah Mada , yang telah putus segala Ilmu pengetahuan Jaya Kajiwan, telah dengan Kesabaran dan kebijaksanaan , telah menyatujan Nuswantara , bisa terjebak dalam kejadian yang terlalu Drama dan mellow.

Kecuali ada upaya mendiskriditkan ketokohan Gajah Mada . Atau agar tidak terlalu mengkultuskan secara individualistic seorang Gajah Mada . Yang jasa dan nama besarnya barangkali terlalu “ besar “ bagi Hayam Wuruk atau fihak lain .
Terlalu heroik atau “sempurna dan ikonik hinnga berpotensi “menutupi “ kepentingan golongan golongan tertentu. Biarlah ini menjadi legend dan kisah yang tak usai dan misterius dan layak untuk diperdebatkan.

Dan Sang Mada kembali ke Madakaripura
Tanpa dendam , tanpa marah , tanpa cemburu
Ia biarkan kepalanya yang penat , digerojogi air terjun Madakaripura
Melarutkan segala persoalan , dan mengalirkan kembali ke Sang Murbeng Jagad
Agar kembali tenang , Bening , dunung
Nang, Ning , Nung
Mencapai Pengetahuan ketiadaan
Moksha

Madakaripura 1281

Sumber: Djuni Prasetya
(rz.ajh)
×
Berita Terbaru Update